Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Rheumatik
ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK LANSIA DENGAN RHEUMATIK
Tugas pada Mata
Kuliah Keperawatan Gerontik
Program
Studi Ilmu Keperawatan Reg A.2
Semester VII
Disusun Oleh
Kelompok 2
Badiatul Khasanah 17.14201.31.08
Duratusyifah 17.14201.31.21
Dosen Pembimbing :
Ns. Isrizal, S.Kep,M.Kes,M.Kep.
Ns. Abu
Bakar Sidik,S.Kep,M.Kes.
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS
STIK BINA HUSADA PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I Progam studi Ilmu Keperawatan.
Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bpk Ns. Isrizal, S.Kep,M.Kes,M.Kep. dosen mata kuliah Keperawatan Gerotik.
2. Semua pihak yang turut membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.
DAFTAR ISI
C. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah-masalah kesehatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai sistem tubuh salah satunya adalah rematik. Rematik adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Chairuddin, 2011).
Pada era globalisasi saat ini penyakit tidak menular mengalami peningkatan, salah satunya yaitu Rematik. Prevalensi rematik di Indonesia mencapai 31,2 % pada tahun 2012. penderita rematik di seluruh dunia mencapai angka 355 juta jiwa, diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi 25% akan mengalami kelumpuhan. Salah satu cara untuk mengendalikan nyeri sendi pada penderita rematik adalah dengan melakukan senam rematik.
Rematik tidak diketahui penyebab secara pasti tetapi dapat dibagi kedalam 3 (tiga) bagian yaitu imunitas, faktor metabolik, dan infeksi dengan kecendrungan virus (Lilik azizah 2011). Rematik dapat disebabkan oleh kegemukan, usia, jenis kelamin, genetik, suku (Soumya,2011).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Lansia?
2. Bagaimana Batasan Umur Lansia?
3. Bagaimana Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia?
4. Bagaimana Pengertian Rheumatik ?
5. Bagaimana Klasifikasi Rheumatik ?
6. Bagaimana Etiologi ?
7. Bagaimana Manifstasi Klinis?
8. Bagaimana Patofisiologi?
9. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang?
10. Bagaimana Pencegahan Rheumatik?
11. Bagaimana Penalaksanaan?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Lansia.
2. Untuk Mengetahui Batasan Umur Lansia.
3. Untuk Mengetahui Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia.
4. Untuk Mengetahui Pengertian Rheumatik.
5. Untuk Mengetahui Klasifikasi Rheumatik.
6. Untuk Mengetahui Etiologi .
7. Untuk Mengetahui Manifstasi Klinis.
8. Untuk Mengetahui Patofisiologi.
9. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang.
10. Untuk Mengetahui Pencegahan Rheumatik.
11. Untuk Mengetahui Penalaksanaan.
12. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan aktifitas jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo,2010).
B. Batasan Umur Lansia
Batasan umur menurut organisasi WHO ada 4 tahap lansia meliputi : usia pertengahan (Middle age )= kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (Elderly)= antara 60-74 tahun, usia lanjut tua (Old)= antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old)=diatas 90 tahun.
Di indonesia batasan mengenai lansia adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahtereraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2. Menurut undang-undang tersebut diatas lanjut adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Kurhariyadi,2011).
C. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Menurut Nugroho (2000) Perubahan Fisik pada lansia adalah :
1. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
3. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
4. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
5. Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
8. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
9. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
10. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
11. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
12. System Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
D. Pengertian Rheumatik
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (encok), arthritis (radang sendi) yang menyebabkan pembengkakan, (Utomo2005). Penyakit rematik meliputi cakupan dari penyakit yang dikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,2011).
Berdasarkan definisi diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa penyakit rematik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan pada persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas serta menyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang akhirnya semakin lama semakin parah
E. Klasifikasi Rheumatik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu: rematik artikular dan rematik non artikular. Rematik Artikular atau Arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang berlokasi pada persendian, diantaranya meliputi Arthritis Rheumatoid, Osteoarthritis, Olimiagia Reumatik, Artritis gout. Rematik non artikular arau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya Bursitis, Fibrositis, Sciatica (Hembing,2006).
Rematik dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu:
1. Osteoatritis
Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi,dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar menananggung beban.
2. Artritis Rematoid
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama Poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien Atritis Rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Olimialgia Reumatik
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu, dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun keatas.
4. Artritis gout
Suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, Artritis akut. Penyakit ini terjadi pada pria dan wanita pada usia pertengahan.
F. Etiologi
Beberapa resiko untuk timbulnya rematik diantara lain:
1. Umur
Dari semua faktor resiko timbulnya rematik, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya rematik semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Rematik terjadi pada usia lanjut.
2. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena rematik pada lutut dan pria lebih sering terkena pada paha, pergelangan tangan dan leher.
3. Genetik
Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik miaslnya pada seorang ibu dari seorang wanita dengan rematik pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering rematik pada sendi tersebut. Anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibuknya.
4. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rematik nampakya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya rematik paha lebih jarang diantara orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih dan usia dari pada kaukasia. Rematik lebih sering dijumpai pada orang-orang asli amerika dari pada orang berkulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainanan kongenital dan pertumbuhan
5. Kegemukan (Obesitas)
Berat badan berlebihan berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya rematik pada pria dan wanita. Karena menahan beban berat badan sehinga mengangu sendi.
G. Manifstasi Klinis
1. Nyeri pada anggota gerak.
2. Kelemahan otot.
3. Peradangan dan bengkak pada sendi.
4. Kekakuan sendi.
5. Kejang dan kontraksi pada otot.
6. Gangguan fungsi.
7. Sendi berbunyi (Krepitasi)
8. Sendi goyah.
9. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas).
10. Timbulnya benjolan nodul.
(Soumya,2011)
H. Patofisiologi
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes serologik rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif. Catatan: 100% dengan factor rematoid yang positif jika terdapat nodul atasindroma Sjogren.
2. Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20 kasus.
3. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena, perubahan- perubahan yang dapat di temukan adalah:
- Pembengkakan jaringan lunak
- Penyempitan rongga sendi
- Erosi sendi
- Osteoporosis juksta artikule
4. Untuk menilai aktivitas penyakit:
- Erosi progresif pada foto sinar X serial.
- LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada artritisreumatoid meliputi penyakit aktif, amiloidosis, infeksi, sindroma Sjorgen .
- Anemia : berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan dengan aktifitas.
- Titer factor rematoid : makin tinggi titernya makin mungkin terdapat kelainan ekstra artikuler.
- Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis
J. Pencegahan Rheumatik
1. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri, sebaiknya berat badan diturunkan.
2. Istirahat yang cukup.
3. Hindarilah makanan secara berlebihan fakor pencetus rematik. Makanan yang mengandung banyak purin misalnya : daging, jeroan, babat, usus, hati.
K. Penalaksanaan
1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja yang berhubungan dengan pasien. Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang berat secara perlahan-lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi- sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi. Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata– rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.
L. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, status perkawinan, dx. Penyakit. tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk- bentuk rematik lainnya.
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
c. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
d. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan
f. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
h. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
2. Diagnosa
a. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki b.d kesemutan dan rasa ngilu pada persendian
b. Kurang pengetahuan tentang rematik b.d keterbatasan kognitif
3. Intervensi
a. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki b.d kesemutan dan rasa ngilu pada persendian.
Setelah dilakukan intervensi hasil yang diharapkan : nyeri hilang dan proses inflamasi dapat diatasi.
Intervensi :
1) Anjurkan klien untuk mandi air hangat
2) kompres sedi-sendi yang sakit dengan kompres air hangat
3) berikan masase yang lembut
4) ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi
5) kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi yang diberikan.
b. Kurang pengetahuan tentang rematik b.d keterbatasan kognitif
Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien paham dengan penyakitnya.
Inervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan klien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah dan mengatasi reumatik
3) Evaluasi tingkat pengetahuan klien .
4. Implementasi Dan Evaluasi
No. |
Implementasi |
Evaluasi |
1. |
1) menganjurkan klien untuk mandi air hangat 2) mengompres sedi-sendi yang sakit dengan kompres air hangat 3) memberikan masase yang lembut 4) mengajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi 5) Berkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi yang diberikan |
S: Klien Mengatakan rasa kesemutan dan linu berkurang jika terkena air hangat O: Klien tamapk tidak terlalu kesakitan lagi A: Masalah Teratasi P: lanjutkan Intervensi |
2. |
1) Kaji tingkat pengetahuan klien 2) Berikan pendidikan kesehatan tentang cara mencegah dan mengatasi reumatik 3) Evaluasi tingkat pengetahuan klien .
|
S : Klien paham dengan penyakitnya O : Klien sudah bisa mengatasi rematiknya. A : Masalah Teratasi P : lanjutkan Intervensi |
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rematik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan pada persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas serta menyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang akhirnya semakin lama semakin parah.
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu: rematik artikular dan rematik non artikular. Rematik Artikular atau Arthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang berlokasi pada persendian, diantaranya meliputi Arthritis Rheumatoid, Osteoarthritis, Olimiagia Reumatik, Artritis gout. Rematik non artikular arau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar persendian diantaranya Bursitis, Fibrositis, Sciatica (Hembing,2006).
B. Saran
Disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar lebih banyak membaca dan menelaah referensi dan literature dari berbagai bidang ilmu terkait agar wawasan, kemampuan analitis, dan berpikir kritis mahasiswa lebih terasah dan tajam dalam menghadapi kasus di lapangan maupun dalam menyelesaikan penugasan-penugasan akademik
Komentar
Posting Komentar